Penyebab Pernikahan di Bawah Umur


Menikah sebelum cukup usia, ternyata masih banyak terjadi di kota maupun di daerah-daerah di Indonesia. Budaya perjodohan bahkan sejak anak perempuan belum lulus SD atau SMP, masih dilakukan  banyak orangtua, terutama yang tinggal di pedesaan.  Pernikahan dini yang dilakukan anak-anak usia sekolah masih terbilang tinggi. Pada 2006 – 2010, jumlah anak menikah usia dini (menikah di bawah usia 17 tahun) masih meningkat walaupun persentasenya naik turun. Ada beberapa penyebab terjadinya pernikahan anak usia dini. DR Sukron Kamil, salah seorang peneliti dari UIN menyatakan, 62 persen wanita menikah karena hamil, 21 persen pernikahan karena ingin memperbaiki ekonomi dan keluar dari kemiskinan dan sisanya karena dipaksa orangtua dan karena status sosial.

 
READ:  Tips Agar Hubungan Semakin Dekat Setelah Betengkar

Ada beberapa dampak dari pernikahan dini:

Kekerasan dari orangtua atau keluarga
Anak bisa mengalami kekerasan dari orangtua atau keluarga bila menolak untuk dinikahkan. Seperti kasus di desa Tegaldowo rembang dan Desa Ngiri, orangtua sampai melakukan kekerasan fisik, seperti menendang, dan memukul dengan sapu, sehingga anak kabur dari rumah.

Semakin meningkatnya perceraian
Lebih dari 50 persen pernikahan anak tidak berhasil, dan akhirnya bercerai. Bahkan ada juga kasus yang menjalani pernikahan hanya dalam hitungan minggu lalu berpisah.

READ:  Pernikahan Berjalan Lancar, Berikut Perencanaannya

Faktor ekonomi
Kemiskinan meningkat, karena belum siap secara ekonomi

Kebebasan anak dari orangtua
Setelah menikah maka perempuan akan dibebaskan oleh orangtuanya. Mereka akan keluar dari desanya atau rumahnya dan memilih bekerja. Beberapa kasus anak bekerja sebagai penyanyi karaoke bahkan ada juga yang menjadi wanita penghibur.