Merencanakan kehamilan di masa kini jauh lebih sulit dibanding zaman dulu hal ini dikarenakan gaya hidup yang penuh dengan tekanan sehingga fertilisasi menadi lebih sulit dibanding titik mana pun. Beberapa kebiasaan umum kita mungkin bertentangan dengan proses fertilisasi yang cepat dan sehat. Untuk mempercepat terjadinya konsepsi dan meningkatkan kesempatan memiliki bayi yang sehat, ada beberapa faktor gaya hidup yang perlu dipertimbangkan sebelum dibawa ke dokter ahli hormon.
Berikut adalah daftar sepuluh fakta yang dapat digunakan untuk mengurangi efek stres, membangun tubuh yang lebih sehat, dan menyusun kehamilan yang cepat dan alami.
1. Stop merasa cemas
Relaks dan menjaga agar tidak stres merupakan dukungan yang paling kuat terhadap kesuksesan proses konsepsi. Memiliki pandangan jiwa yang positif. Perempuan yang mencemaskan proses fertilisasi akan memiliki kemungkinan mengalami fertilisasi lebih kecil, kata studi yang diterbitkan oleh American Society for Reproductive Medicine.
2. Hindari pemanis buatan
Dr. Louis Elsas, direktur genetika pada Emory University School of Medicine, merekomendasikan bahwa “ibu hamil sebaiknya menghindari bahan pemanis aspartam (pemanis sintetis non-karbohidrat),” seperti Equal dan NutraSweet. Bahan pemanis ini dapat “mengganggu pertumbuhan otak janin” dan menyebabkan “penurunan laju pertumbuhan bayi baru lahir”.
3. Hindari kafein
Terlalu banyak kafein dikaitkan sebagai penyebab keguguran spontan, lapor New England Journal of Medicine November 1999. Mempertimbangkan efek samping kafein yang ekstrem kuat, mungkin merupakan gagasan yang baik untuk menghindari semua bentuk kafein.
4. Hindari pestisida
Sulit untuk meneliti efek pestisida pada alat reproduksi manusia, tetapi banyak ahli, seperti Carol Simontacchi menduga, pestisida dapat mengganggu sistem hormonal dan sistem jaringan dalam perkembangan bayi.
5. Hindari kedelai
Menghindari makanan berbahan kedelai mungkin membantu kesempatan Anda mendapatkan reproduksi yang sehat dan cepat. Kedelai fitoestrogen adalah hormon pengganggu yang kuat, kata Sally Fallon dalam bukunya “Nourishing Traditions.”
6. Singkirkan racun rumah tangga
Penilaian EPA terhadap PFOA, bahan kimia yang ditemukan pada alat masak berlapis Teflon, penghilang noda, produk makanan kemasan, dan kosmetik. Bisphenol A, bahan pengganggu endokrin terdapat di dalam wadah berbahan plastik, botol plastik, dan kemasan plastik. Phthalates, jenis endokrin lain ditemukan di shampo, deodoran, minyak wangi, hair spray, dan pemulas kuku.
7. Makanan bukan olahan bagi Ibu
Tampaknya makanan olahan seperti tepung dan gula dapat mengurangi kesempatan Anda menjadi hamil. Kita mengetahui bahwa memilih makanan yang tidak diolah menyediakan sel pembangun tubuh yang berkualitas bagi apapun yang diproduksi tubuh Anda termasuk hormon reproduktif.
8. Makanan tidak diolah bagi suami
Ahli gizi Victoria Greaves mengatakan fertilisasi mungkin juga tergantung dari apa yang dikonsumsi pasangan Anda. Dia menyebutkan beberapa bahan nutrisi yang dapat meningkatkan jumlah, mobilitas, dan kemampuan sperma untuk menembus sel telur. Nutrisi itu meliputi seng, B12, selenium, vitamin E, dan beberapa asam lemak penting. Hampir sama dengan The Fertility Diet, makanan yang dia sarankan untuk para suami adalah makanan organik dan bukan olahan, termasuk kerang-kerangan, kuning telur, kacang-kacangan, biji-bijian, butir-butir gandum, keju, buah-buahan, sayur-mayur, dan daging.
9. Pastikan tidur dan berjemur pagi secara rutin
Mary Kittel dan Dr. Deborah Metzger, pengarang Stay Fertile Longer, menuliskan bahwa kurang tidur dapat mendorong ketidakseimbangan hormon dan ke-tidakteraturan haid, yakni faktor-faktor yang dapat “menunda waktu yang dibutuhkan untuk hamil.”
10. Bergerak sehari-hari
Melakukan latihan dalam sehari-hari dapat membantu proses fertilisasi. Latihan yang cukup menunjukkan peningkatkan fungsi tubuh, termasuk reproduksi, menurut Dr. Jeffrey Keenan Southeastern Center for Fertility and Reproductive Surgery. Perempuan yang menderita obesitas memiliki sedikit kesempatan mendapatkan kehamilan secara alami, menurut Academic Medical Center di Amsterdam.