Sebagian besar pasangan sudah menganggap perceraian sebagai jalan keluar terbaik atas masalah rumah tangga yang terus memburuk. Tapi, keputusan berpisah itu tak bisa dilakukan dengan gegabah. Perlu pemikiran matang. Sebelum mengambil keputusan final,
Coba Anda simak beberapa mitos tentang perceraian berikut ini:
Membutuhkan biaya yang mahal.
Banyak pasangan memikirkan biaya perceraian yang mahal, setidaknya untuk membayar pengacara. Itulah mengapa selalu disarankan untuk mengedepankan penyelesaian. Jika pasangan sudah memiliki kesepakatan kompak di luar pengadilan, biaya pun relatif lebih kecil.
Psikologis anak terganggu.
Banyak pasangan bertahan dalam rumah tangga buruk dengan alasan demi kebahagiaan anak. Padahal, lingkungan rumah tangga yang buruk justru akan memengaruhi psikologis anak. Ada penelitian menunjukkan bahwa anak yang tinggal di lingkungan penuh luapan emosi orangtua akan terganggu mentalnya. Jika usaha mengembalikan keharmonisan rumah tangga sudah maksimal, memang sebaiknya tak memaksakan kondisi.
Sangat mudah bercerai bila tak punya momongan.
Seringkali, memiliki anak membuat proses perceraian menjadi rumit, karena perlu mengurus hak asuh anak. Tapi, bukan berarti pernikahan tanpa anak lebih mudah melalui proses perceraian. Berpikir matang sebelum memutuskan perceraian tetap penting.
Silaturahmi dengan mantan pasangan putus.
Perceraian mungkin akan membuat hubungan antarkeluarga menjadi canggung. Meski tak semua perceraian merusak silaturahmi, namun, sebagian besar mengalami ini. Yang pasti, dinamika hubungan Anda pasti akan berubah.