KAINSUTERA.COM – Sekarang ini sebagai seorang guru tentu memiliki metode tersendiri dalam mengajar agar bagiamana para siswa dapat memahami betul apa yang diberikan oleh sang guru. Tidak lepas dari itu sistem atau metode pembelajaran simulasi merupakan salah satu metode yang banyak digunakan di Negara kita, lalu apa itu tehnik simulasi? Untuk memahami lebih dalam mari kita bahas bersama.
Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
Metode simulasi merupakan kegiatan pembelajaran dengan melakukan peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya atau proses. Metode ini dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan fenomena sosial untuk menguji reaksi mereka, serta memperoleh konsep keterampilan membuat keputusan. Pembelajaran simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan sebenarnya, melainkan kegiatan bersifat pura-pura. Dalam pembelajaran, siswa dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Selain itu, dalam simulasi siswa diajak bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Metode simulasi bertujuan untuk:
1. Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
2. Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.
3. Melatih memecahkan masalah.
4. Meningkatkan keaktifan belajar.
5. Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok.
6. Menumbuhkan daya kreatif siswa.
7. Memberikan motivasi belajar kepada siswa.
8. Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
Walaupun demikian sistem metode simulasi ini tidak memiliki kekuarangan. Berikut beberapa kelemahan dari metode simulasi:
– Media peraga simulasi masih cukup mahal,sehingga metode ini perlu biaya yang lebih.
– Guru harus mempunyai ketrampilan penuh terhadap suatu yang akan menjadi simulasi,artinya guru tidak saja menguasai teoritis belaka.
– Batasan Guru dan Siswa terkadang melebihi takaran standar,sehingga menjadi overload di dalam
pergaulan tersebut,membuat si Guru akan terposisikan sebagai teman/pertemanan.
– Memerlukan ruang tertentu,untuk di jadikan tempat simulasi.
– Terkadang masih dianggap hanya sebatas permainan saja,oleh sebagian siswa sehingga efektifitas simulasi tersebut menjadi kurang manfaat.
Ada beberapa jenis model simulasi di antaranya, yaitu:
a. Bermain peran (role playing)
Dalam proses pembelajarannya metode ini mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi. Dramatisasi dilakukan oleh kelompok siswa dengan mekanisme yang diarahkan guru. Simulasi ini lebih menitikberatkan pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan kembali gambaran masa silam yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang atau peristiwa aktual dan bermakna bagi kehidupan sekarang.
b. Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah sosial menyangkut hubungan antara manusia. Misalnya, hubungan anak dan orangtua, masalah narkoba, tawuran, dan sebagainya. Sosiodrama dapat memberikan pemahaman dan penghayatan terhadap masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
c. Permainan simulasi (Simulasi game)
Simulasi game adalah bermain peran, di mana para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan.
Karakteristik Metode Simulasi
Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.23) memaparkan tentang karakteristik metode simulasi sebagai berikut:
– Banyak digunakan pada pembelajaran PKn, IPS, pendidikan agama dan pendidikan apresiasi,
– Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi, dan interaksi merupakan bagian dari keterampilan yang akan dihasilkan melalui pembelajaran simulasi,
– Metode ini menuntut lebih banyak aktivitas siswa,
Dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual, bahan pembelajaran dapat diangkat dari kehidupan sosial, nilai-nilai sosial, maupun masalah-masalah sosial.