Sebelum kita berlanjut dalam masalah masalah fobia sosial sebaiknya anda tahu yang di maksud dengan fobia. Fobia adalah gangguan kesehatan emosional atau psikologis ditandai dengan rasa takut yang kuat dalam beberapa obyek atau situasi, misalnya, serangga yang disebut entomofobia atau ruang tertutup atau claustrophobia. Fobia biasanya diklasifikasikan sebagai perasaan kebencian atau penolakan terhadap sesuatu. Sementara itu fobia tidak berpengaruh pada gangguan kesehatan emosional , tidak menghasilkan banyak emosi, sosial dan politik yaitu kebencian terhadap orang asing atau orang asing. Sebuah studi di Amerika Serikat oleh Institut Nasional Kesehatan Mental ( NIMH ) menemukan bahwa antara 8,7% dan 18,1 % orang Amerika menderita fobias. Fobia adalah penyakit mental yang paling umum di kalangan wanita pada semua kelompok umur dan untuk laki-laki paling sering mendapatkan penyakit fobia sekitar 25 tahun keatas.
Fobia sosial (social phobia) atau juga dikenal sebagai Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder, SAD atau SAnD), adalah penyakit kecemasan yang ditandai dengan munculnya rasa takut yang kuat pada situasi-situasi sosial tertentu, yang menyebabkan tekanan serta ketidakmampuan untuk berfungsi secara normal dalam beberapa bagian kehidupan yang dijalani seseorang.
Apa pembeda antara rasa malu dengan fobia sosial? Coba lihat dari seberapa parah rasa malu itu dan seberapa buruk dampaknya. Ya, walau kebanyakan orang biasa merasa gugup saat berada di sebuah pesta atau acara besar lain, gangguan kecemasan sosial bisa berdampak lebih dari sekadar itu.
Fobia social terbagi menjadi dua:
1. Fobia sosial khusus, muncul ketika bertemu atau berada di dalam situasi-situasi sosial tertentu saja.
2. Fobia sosial umum, biasanya melibatkan rasa takut intens, persisten, dan kronis karena perasaan dihakimi oleh orang lain dan dipermalukan atau dihina karena tindakan-tindakan yang dilakukannya.
Dari kedua jenis fobia sosial di atas, fobia sosial umum adalah yang paling parah, sebab perasaan takut cenderung mudah muncul dalam situasi sosial apapun. Ketakutan-ketakutan ini bisa dipicu oleh pengawasan berlebihan oleh orang lain atau munculnya perasaan selalu diawasi. Ketakutan untuk berinteraksi sosial dianggap oleh penderita sebagai sesuatu yang di luar kendali, luar biasa, dan tidak beralasan sama sekali, sehingga untuk menanggulanginya pun dibutuhkan usaha yang sangat keras.
Fobia Sosial dan Penyebabnya
Dari seluruh penderita fobia sosial, 50% diantaranya telah mengalami gejala fobia sosial sejak usia 11 tahun dan 80% sejak usia 20 tahun. Munculnya fobia sosial pada usia dini ini cenderung mendorong munculnya depresi berat, tindakan penyalahgunaan obat-obatan, dan konflik-konflik psikologis lainnya.
Gejala-gejala fisik yang sering muncul pada penderita fobia sosial adalah kulit memerah/merona, munculnya keringat berlebihan (hiperhidrosis), gemetar, jantung berdebar, dan mual. Cara bicara yang terbata-bata atau gagap bersamaan dengan kecepatan bicara yang terlampau tinggi bisa juga muncul pada tingkat tertentu. Dari segi psikologis, serangan panik (panic attacks) mungkin terjadi apabila rasa takut dan tidak nyaman yang muncul luar biasa hebatnya.
“Tahukah anda? Fobia sosial adalah penyakit mental terbesar ketiga di dunia.”
Diagnosa dan penanganan dini sangat penting untuk penderita fobia sosial agar tidak mengalami penyakit tambahan lain, seperti depresi. Beberapa penderita mungkin mencoba mengatasinya dengan cara yang sama sekali tidak sehat dan solutif, misalnya konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang (narkoba). Cara penanganan yang salah ini lumrah terjadi di kalangan penderita, terutama pada mereka yang tidak diberi perhatian, diagnosa dini, penanganan, perawatan, dan pengobatan yang layak. Ini bisa membuat mereka menjadi alkoholik, mendapat gangguan makan, dan terlibat berbagai tindakan penyalahgunaan obat-obatan. Oleh karena itu, SAD atau fobia sosial seringkali disebut sebagai “penyakit kehilangan kesempatan atau peluang” karena berbagai resiko buruk yang muncul mempengaruhi kondisi kesehatan, sosial, hingga kehidupan seseorang.
Penyebab-penyebab Fobia Sosial
Karena fobia sosial bisa menyebabkan kematian – akibat dari berbagai resiko yang ditimbulkannya – dan juga karena upaya penanganan dan penyembuhan penyakit ini tidak mudah, maka penyebab fobia sosial tentu bukanlah hal yang bisa dipandang sederhana. Beberapa poin berikut adalah penyebab fobia sosial umum, dimana pemahaman terhadapnya sangat mungkin membantu dalam menangani penderita fobia sosial.
1. Kondisi biologis. Pada tahun 2000, sebuah seminar fobia sosial diselenggarakan di Shanghai, China. Salah seorang pembicara mengatakan bahwa salah penyebab terbentuknya fobia sosial adalah substansi kimia dalam tubuh yang disebut sebagai “5-hydroxytryptamine“. Substansi ini bertugas menyampaikan informasi ke sel-sel otak. Kandungan 5-hidroxytryptamine yang terlalu banyak atau terlalu sedikit menyebabkan munculnya rasa takut.
2. Kondisi Psikologis. Orang yang menderita fobia sosial biasanya merasa harga dirinya (low self-esteem), takut untuk ditolak atau tidak diterima oleh sekitar/sosial, atau tidak memiliki rasa percaya diri, baik dalam hal penampilan fisik maupun performa diri.
3. Kondisi atau tradisi keluarga. Banyak ditemukan pada penderita fobia sosial bahwa mereka cenderung memiliki kepribadian yang tertekan sejak mereka anak-anak, atau orangtua yang tidak mendidik mereka dengan keterampilan-keterampilan sosial, atau domisili yang sering berpindah-pindah sehingga mereka tidak memiliki cukup waktu untuk mengakrabkan diri dengan lingkungan sekitar dan karena terlalu seringnya mereka bertemu dengan kondisi asing/baru.
4. Kondisi atau situasi sosial. Penderita sering berada dalam kondisi atau situasi sosial yang tidak berpihak, tidak mendidik, dan tidak memberinya kesempatan untuk berinteraksi sosial dengan baik dan wajar. Misalnya kondisi sosial yang tidak bisa menerima cacat, kekurangan, kelainan, atau perbedaan seseorang, dimana penderita pada awalnya menjadi pribadi yang diasingkan atau tidak diterima. Salah satu contoh kasus sosial yang marak sekarang adalah “bullying“, yang bisa menyebabkan seseorang menjadi sangat tertekan, mengalami fobia sosial, hingga depresi.
5. Cara berpikir dan karakter. Cara berpikir sebenarnya juga dipengaruhi oleh karakter seseorang. Cara berpikir instan misalnya, dapat membuat seseorang memiliki harapan berlebih pada suatu usaha yang dilakukannya. Namun ketika hasil tidak dicapai dengan cepat, dia lalu merasa malu, rendah diri, atau bersalah. Contoh lain adalah cara berfikir perfeksionis, apabila sebuah usaha atau tindakan tidak menghasilkan sesuatu yang sempurna sesuai keinginan, atau terkejut dengan suatu kondisi yang tidak diharapkan, dia kemudian mengalami penyesalan dan menyalahkan diri sendiri terlalu mendalam dan tidak berkesudahan. Seseorang yang takut membuat kesalahan ketika sedang berada dalam lingkungan sosial kemudian memutuskan untuk lebih banyak menyendiri. Dia takut orang lain akan mengetahui kesalahan atau ketidakmampuannya dalam melakukan sesuatu. Reaksi yang paling parah adalah dia kemudian melarikan diri atau mengasingkan diri dari masyarakat.
Tentu beberapa penyebab di atas tidak mewakili semua penyebab yang ada, tapi paling tidak bisa menjelaskan dan menjadi poin perhatian untuk menghindarkan diri anda pribadi atau orang lain dari penyakit fobia sosial tersebut.