Umumnya, masyarakat berasumsi bahwa para calon ayah tidaklah mengalami penderitaan yang sama parahnya dengan pihak istri ketika terjadi musibah keguguran. Padahal mereka juga mengalami tekanan batin yang Ditemukan, suami sama menderitanya dengan istri, hanya saja mereka lebih cepat pulih. Penelitian yang melibatkan 83 pasangan ini dilakukan hingga setahun lamanya, paska musibah keguguran. Hasilnya? 40 persen suami mengalami tekanan batin yang sama, namun setelah setahun berlalu, kebanyakan dari mereka telah pulih dari keterpurukan batin, hanya 5 persen saja yang masih didapati hidup dalam kondisi stres.
Selain itu, hasil studi juga mendapati bahwa suami yang aktif membantu persiapan kelahiran buah hatinya didapati mengalami depresi yang lebih berat. 52 persen wanita yang mengalami stres paska keguguran, ditemukan bahwa sebanyak 8% masih berada dalam kondisi labil, meski setahun telah berlalu.